Pak Iyan bukan Pak Guru


Sudah cukup lama pertanyaan tentang apakah saya "harus" silaturahmi ke tempat guru saya lagi saat lebaran?
melihat dari polanya, silaturahmi langsung (berkunjung ke rumah) hanya dilakukan setelah maksimal tiga tahun pasca kelulusan dari sekolah.

ya, ini betul terjadi, selain karena kesibukan "menuntut ilmu" dan hal hal lain yang sebenarnya tidak bisa diterima sebagai alasan. keinginan untuk bertemu pasti ada, tapi mungkin sudah tidak menjadi prioritas

"toh udah lama lulusnya, paling beliau juga udah lupa sama saya


kalimat itu yang kadang muncul di kepala saya.

sesat pikir? bisa jadi.

Gerakan UI Mengajar yang saya ikuti Januari lalu di SDN 1 mekarwangi, Pangandaran merubah cara pandang saya, salah satunya ketika memposisikan diri saya sebagai guru.
disapa setiap pagi saat ke sekolah "pak iyan-pak iyan!" diciumlah tangan saya sambil salim :)
Hormon endorfin saya seakan memuncak, bahagia rasanya . terlebih lagi setengah tahun pasca aksi, yang mana harusnya saya kesana lagi untuk monitoring dan evaluasi, tapi sayang sekali saya saya berhalangan hadir murid murid di sana masih mengingat saya :')
"kangen pak Iyan, pak Iyan.. " ucap salah satu anak kelas tiga di video yang sengaja dibuat rekan lainnya yang berkesempatan ikut monitoring ke sana lagi.
seneng rasanya.

selain itu beberapa anak juga mulai menambahkan saya di facebook sebagai teman. meskipun saya lupa yang mana anaknya, tapi saya senang sekali mereka masih menyapa dan menanyakan "pak Iyan lg apa" haduuu
.
sesederhana itu,
.
tidak dilupakan oleh murid, meskipun guru lupa dengan (nama) muridnya, namun ketika murid masih mau menyapa apalagi berkunjung mungkin akan menjadi suatu kebahagiaan tersendiri, apalagi mendengar cerita sukses anak didiknya.

.

jangan pernah lupakan jasa para ibu bapak guru, ada kesempatan, mampirlah ke rumahnya.
.
.

Selamat hari Guru Nasional!
Terpujilah wahai engkau Ibu Bapak Guru

Komentar