Apakah harus mengorbankan ribuan nyawa?


https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-45703709

Gempa yang diikuti dengan tsunami yang terjadi di Palu pada Jumat sore lalu berdampak pada emosional saya sebagai manusia yang sangat mudah tersentuh ketika berhadapan dengan hal-hal kemanusiaan.
ketika jumlah korban jiwa yang awalnya disebutkan hanya berjumlah puluhan hingga saat ini di hari keempat pasca gempa dan tsunami telah mencapai 1400an lebih dan diperkirakan akan terus bertambah mengingat masih dalam masa pencarian dan diperkirakan banyak korban yang masih belum ditemukan di dalam reruntuhan bangunan.

Pemberitaan di media, dengan berbagai macam sudut pandang (angle), terutama media luar negeri seperti skynews dan BBC dari Inggris, dari yang saya tonton, pemberitaan mereka mencoba untuk berempati dengan mengamnil angle personal salah satu korban yang kehilangan keluarganya dengan cerita pilu yang mampu membuat mata saya berkaca-kaca.

Subhanallah, saya tidak dapat membayangkan bagaimana di posisi mereka.

....................
.........................
...............................
......................
..............
............
......


Bencana yang tidak pernah diduga, semua berubah dengan tiba-tiba.
saya tidak akan bisa merasakan seperti yang mereka rasakan.

saya hanya bisa berempati yang tidak mungkin sama seperti yang mereka rasakan ketika ditinggal mati.
Gempa Tsunami Donggala-Palu menjadi sebuah alarm/pengingat bagi saya pribadi, untuk lebih bersyukur dan menghargai setiap detik yang telah Allah berikan.
.
.
Nikmat sehat, nikmat selamat dan berbagai kenikmatan yang telah saya sia-siakan selama lebih dari 21 tahun hidup di dunia ini. 

.
.
Apakah harus mengorbankan ribuan nyawa dan merenggut jutaan tawa hanya untuk mengingatkan manusia hina berdosa seperti saya?

Astaghfirullahaladzim..


Komentar